Subhanallah...
Kali ini saya benar-benar terharu dan menitikkan air mata. Saya dihadapkan pada situasi dimana saya harus bisa untuk menjaga seorang anak autis di sekolah. Minggu kemarin kakak ipar saya menawari untuk magang di sekolahnya seminggu sekali untuk menjadi asisten guru menemani anak-anak autis. Entah mengapa, tiba-tiba saya menyetujuinya dan merasa sangat bersemangat untuk segera magang disana. Padahal saya tidak ada latar belakang pendidikan anak autis. Tapi tekad kuat Insyaallah bisa sambil belajar dari guru-guru disana.
Hari Jumat pun tiba, pagi-pagi saya sudah bergegas, cuaca agak mendung dan dingin, tapi ayooo semangaaaaatttt. Tempatnya agak jauh di Arcamanik-Antapani, butuh sekitar 1.5 jam untuk tiba disana Setelah 2 kali berganti angkot lalu saya sambung dengan ojeg, huaaa ternyata pagi itu gerimis menyapa saya. Okelah perjuangan niy, lanjuuuuttt sambil menggigil di ojeg heheh.
Tiba disana saya diperkenalkan dengan guru kelas 3 tempat saya magang nanti. Beliau bernama Ibu Ella. Tak berapa lama kemudian saya diperkenalkan pada anak-anak disana. Seneng liat anak-anak yang ramah dan sholeh gitu, berasa nyaman deh rasanya. Setelah itu saya bertemu dengan salah satu anak yang berbeda dengan anak yang lainnya. Pandangannya tidak fokus kepada saya, bicaranya agak kurang jelas, dan gerakannya aktif. Saya awalnya bingung harus bersikap bagaimana, karena jujur pada saat itulah pertama kalinya saya benar-benar berinteraksi langsung dengan anak autis,tapi sejalan dengan waktu saya kemudian terbiasa dan sedikit demi sedikit bisa menghilangkan kepanikan dan kebingungan saya. Seharian itu saya mendampinginya, menemaninya belajar. Dia sangat suka berhitung. Jam 9 ada assembly di aula sekolah, semua anak berbaris untuk masuk kedalam aula tersebut. Sebut aja Jaka, nama anak istimewa tersebut berjalan berdampingan dengan saya, dia duduk paling belakang untuk menonton assembly. Selama pertunjukkan berlangsung Jaka bersikap baik, hanya sesekali saja bersin dengan suara yang sangat keras sehingga cukup membuat jadi pusat perhatian orang-orang sekitarnya.
Karena hari itu hari Jumat, maka semua anak-anak laki-laki melakukan solat Jumat. Jaka pun melakukan solat jumat. Tapi ternyata Jaka mempunyai kebiasaan mendengarkan adzan di tengah lapangan sendirian, hehe entahlah apa yang ada dipikirannya, yang jelas Jaka ingin mendengar panggilan solat lebih jelas ditengah lapang. Setelah selesai adzan Jaka menuju aula untuk solat Jumat, ruangan solatnya dipisahkan dari teman-temannya yang lain. Di ruangan luar saya bertemu dengan anak-anak berkebutuhan khusus lain. Ada anak yang Down syndrome dan ada anak yang terlihat fisiknya sangat lemah, entah apa istilahnya. Ya Allah sediiih banget liatnya, tapi salut buat guru-guru yang mendampinginya, mereka sangat sabar menghadapi anak-anak tersebut.
Hari itu juga saya harus belajar tegas, tegas dalam artian mendidik agar anak tertib dan tidak seenaknya, bukan asal marah-marah tanpa sebab. Saat makan siang Jaka agak mengamuk karena dia dilarang makan gorengan tempe tepung. Saya baru tahu kalo tepung, vetcin bisa memicu keaktifan dan keagresifan anak-anak autis. Sempet kejar-kejaran sama Jaka , untungnya dibantu guru-guru lain juga, dan teman-teman Jaka Subhanallah banget ikut ngebantuin menertibkan Jaka. Mereka merangkul dan menyayangi Jaka Anak-anak yang berhati mulia, terharu banget deh.
Akhirnya jam menunjukkan Pukul 14.30 dan waktunya untuk pulang. Anak-anak menyalami saya dan menunggu saya datang Jumat berikutnya. Alhamdulillah hari itu saya lewati juga, saya pikir saya akan menangis di pojok kamar mandi karena bingung, tapi ternyata tidak. Banyak hal yang saya dapatkan hari itu,bahwa semua anak-anak terlahir memiliki keistimewaan. Meskipun fisiknya tidak sempurna atau perkembangannya terlambat tapi pasti Allah sudah punya rencana yang sangat indah untuk anak-anak tersebut, dan mudah-mudahan kita sebagai orang dewasa bisa memetik pelajaran berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar