Jumat, 27 April 2012

Taubatan Nasuha

Astaghfirullah Rabbal Barroya (Ampunilah Hamba Ya Allah Maha Penerima Taubat)
Astaghfirullah Minal khotoya. (Ampunilah Hamba Ya Allah Daripada Segala Dosa)

Rabbi zidni 'ilman naa fi'a (Tambahkan kepadaku ilmu yang berguna)
Wa wa fiqni 'amalam maqbula (Dan berikanlah aku amalan yang dimakbulkan)
Wa Wa habli rizqan waasi'a (Dan kurniakan kepadaku rezeki yang meluas)
Wa tub 'alaia taubatan nasuha (Dan perkenankan taubatku dengan taubat nasuha)


Kamis, 26 April 2012

Mukena Untuk Pendampingmu

Belahan jiwa ...Tahukah dirimu, aku menjahit mukena untuk lebaran. Entah mengapa mukena itu ingin kuberikam sebagai hadiah untuk Ibunda mu. Tak apa jika bilang bukan dari aku, tapi aku senang jika beliau memakainya. Aku pasangi bordir ujungnya dan membayangkan wajah beliau yang cantik dan bahagia saat memakainya. Aku panjatkan doa terindah sambil menyulam satu demi satu helaian benang menjadi hiasan bunga-bunga berwarna hijau dan kuning keemasan. Aku menabung untuk membeli kain terbaik dari menyisihkan sedikit pendapatan yang kuterima. Alhamdulillah cukup untuk membuat satu stel mukena,.Uang untuk membeli susu anak-anak pun tidak berkurang.

Belahan jiwa ... Tahukah dirimu, kabar yang kuterima itu menghantam pertahanan diriku. Menghancurkan harapan yang kubangun dengan pengabdian dan airmata. Saat lukanya merasuk terlalu dalam maka yang  tersisa adalah perih yang menggerogoti bagian yang paling hidup yaitu hatiku. Memunculkan amarah  yang  dengan sabar dipendam dan penyesalan yang membunuh sebagian jiwa.

Belahan jiwaku ...Tahukah dirimu, beberapa hari yang kulalui dengan tusukan jarum dan infus membuatku tersiksa. Saat semua makanan menjadi seperti obat yang sangat pahit dan ikut melukai fisikku.  Bahkan berita sukacitamu menjadi racun untuk hidupku yang tak mampu aku tanggung lagi. Hati ini merasakan sakit yang belum pernah berkunjung sebelumnya. Tak ada suara lembutmu lagi ditelingaku, tak ada  bahasa tulismu yang berpuisi mengambil hatiku, dan tak ada lagu-lagu pengiring hariku lagi. Maka bersamaan dengan datangnya malam tersampaikan pesan belahan jiwaku telah berubah...dan perlahan akan menghilang.

Belahan jiwaku yang menghilang...Tahukah dirimu, tamparan ini lebih dari sekedar tamparan tapi pertanda  yang mengharuskan aku menjauh dan menghilang bersama ketulusanku. Karena satu detik saja aku bersamamu itu akan membuatmu tersiksa. Aku  melihatnya dari sorot matamu sekarang. Saat aku yang dulu begitu akrab menemani keseharianmu sekarang bagai orang asing yang mengemis waktumu. Aku adalah tiada bagimu.

Belahan jiwaku yang menghilang... senyum kalian melukai hati yang kujaga hanya untuk mengabdi untukmu. Tak bisa kubendung lagi tangis kecewa yang memaksa memperlihatkan kelemahannya padamu. Sekarang saat hujan mencoba merayuku dengan nyanyiannya yang sangat keras, aku memeluk bayanganmu...ya hanya bayanganmu dan sedikit kenangan yang masih tersisa dengan susah payah kukumpulkan serpihannya.

Belahan jiwaku yang menghilang, penegasan kata-katamu adalah kilat yang menyambar di siang hari. Saat itu sudah terbakar menjadi debu sebentuk benda yang bernama hati yang sudah koyak. Tak berdaya mencerna bahasamu yang menyerangku tanpa ampun. Kau ingin bersamanya...

Belahan jiwaku yang menghilang, saat sujudku ini aku menjatuhkan pandangan pada mukena yang ingin kuhadiahkan untuk Ibundamu. Beribu maaf untuknya karena mukena ini tidak akan pernah sampai kepadanya. Sekarang...mukena ini akan kubungkus dengan sangat indah dan tak lama lagi akan ada dihadapanmu...

Belahan jiwaku yang menghilang....aku menitipkan mukena ini untuk dia yang akan mendampingimu selamanya seumur hidupmu. Mukena ini akan menjadi mas kawin yang sempurna seperti mimpimu yang sempat kaubagi padaku. Mukena ini penuh dengan airmataku tapi akan membawa suka cita untuk kebahagiaan kalian saat kalian berjamaah menghadapNya.

Aku pergi..menghilang selamanya....


Rabu, 25 April 2012

Sudah Termaktub

Sukacita yang dianugerahkan pasti bukan tanpa alasan. Meskipun semu dan mulai menunjukkan tabir keasliannya,  menerima.... sebagai bagian dari bab buku besarMu.  Meskipun diselingi duka cita yang mulai membungkus rapat setiap cerita. Hanya menyesalkan dan menyayangkan bahwa setiap tetes keringat dan airmata tak ada harga. Dijejali dengan berulang-ulang cerita yang sama. Menggoyahkan keyakinan yang rapuh menopang.

Dulu pernah ada masa disaat kemarahan begitu menguasai jiwa dan tergoda untuk memberitakan kekesalan  Meskipun tak tertuang dalam kata, tetapi tergores dalam huruf. Dan sekarang tak ada lagi semua itu, yang ada hanya kepasrahan. Menerima semua cerita seperti yang sudah termaktub dalam buku besar. Menginginkan begitu besar perubahan yang akan membawa kepada ridho yang terjaga.

TanganMu sudah merangkul dan mengajak kembali. Membiarkan alasan yang mencemari nurani jauh-jauh ditinggalkan dibelakang. Setiap saat membelai dalam sujud yang sempurna. Menghargai setiap senyum yang membawa lebih dekat kepadaMu.




The Notebook... Always be my no 1 movie.....

Untuk yang kesekian kalinya nonton lagi The Notebook. Film yang paling bisa bikin nangis-nangis ampe ngabisin beberapa bungkus tissue ( Enggak hiperbola tapi beneraaannnn..:)hehe ).  Pokoknya yang udah hafal kebiasaan saya pasti gak kaget deh, kalo lagi nonton film yang bergendre kayak gini pasti tengah film atau endingnya malah nangis sesenggukan...hihihi . Nah film ini Whuaaaaa film favorit sepanjang hidup dehhh, sejak jaman kuliah sampe sekarang teteeeep ajaaa nangis-nangis setelah nontonnya. The best movie ever...direkomendasikan banget deh buat yang suka drama romantis. Maklum lah koleksi filmnya ya drama romantis atau enggak komedi romantis, gak bakalan ada deh film horror atau yang sadis-sadis menghias rak dvd, no...no...no...no.... hehehe


Cerita nya tentang pemuda desa yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis yang ditemui di pasar malam. Dengan kenekatannya kekeuuh banget pengen kenalan sama cewek itu, daaan dengan tekad yang kuat alhasil bisa kenalan deh. Hubungan mereka berlanjut makin akrab makin deket, jatuh cintalah mereka....cooo cwiiit cwiit cwiit... Settingnya sekitar tahun 1940an jadi agak-agak jadul gitu..

Yang bikin gregetan adalah waktu Noah ( Ryan Goslin ) mengajak Allie  ( Rachel McAdams) untuk mengunjungi rumah tua dekat danau dan menghabiskan waktu berdua disana sambil ngomongin impian mereka. Dan keinginan Noah dimasa depan membeli rumah itu dan mengecat putih serta menyediakan ruangan untuk melukis  menghadap danau sesuai keinginan Allie. Huaaaaa tulussss bangeeettt deh keingian Noah. 

Tenyata hubungan mereka tidak direstui oleh orangtua Allie karena status sosial yang berbeda. Hingga pada akhirnya mereka dipisahkan. Alie melanjutkan sekolah, kayak perawat gitu dan Noah jadi tentara deh. setiap hari selama 365 hari ( beuuuuuhhh cintanya gak kira-kira mas Noah,,terharuuu ) Noah nulis surat untuk Allie, tapi satu pun nggak ada yang dibales. Hiksss patah hati banget deh Noah. 

Akhirnya tahun-tahun berlalu dan Noah udah ngelanjutin hidupnya lagi. Allie jadi relawan sebagai suster dan jatuh cinta pada pria yang dulu pasiennya. Akhirnya mereka bertunangan dan memutuskan menikah. Saat persiapan pernikahan mereka, takdir berbicaraa.....hohohohho... Allie ngeliat koran lokal dan disitu juga dia ngeliat Noah didepan rumah megah bercat putih sepertia impian Aliie..huaaaaaaaaa....perasaannya campur aduk banget. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk nemuin Noah di rumahnya...rumah putih ituuu lhooo...

Akhirnya mereka ketemuan dan saling mencurahkan isi hati. Dan terkuaklah fakta bahwa selama ini Allie tidak membals surat Noah karena ibunya Allie yang menahan surat itu, so mereka sama-sama nggak tau tentang surat-surat itu.

Singkat cerita akhirnya mereka bersama deh...yang bikin ngenes banget...ternayata akhir kehidupan mereka menyedihkan bangeeettt,hiiksss... Allie kena alzeimer, dan dengan setianya Noah nemenin Aliie buat nginget-nginget masa lalunya. Keluarga mereka meminta Noah untuk pulang ke rumahnya, tapi kata Noah...rumahnya itu ada di hati Allie..  Iiiihhhh usahanya Noah bikinnnn terharuuu banget, sampai akhirnya ternyata endingnya bikiiiiin sediiihhhh. Haaaaaaaa gak relaaaa banget deh.... Hehehheeh buat yang belum nonton bikin penasaran ahh....






 Next project cari novelnya ah...haruss dapeettt niy..penasaran banget belum nemu....pengen baca versi novelnya..hmmmm meskipun waiting list buku-buku yang lain nunggu minta dibaca..hahhaha.. Ya sambil nyari sambil baca yang lain duluu gituuuu.....

Satu film lagi yang ngaduk-ngaduk perasaan  LOVE ME IF YOU DARE... theme song nya La Vie En Rose, pas banget deh lagu kesukaan... Another time ceritain lagi ya resensinya... :P



Selasa, 24 April 2012

Hari ini bersamamu... Celi :)

Hari ini tanggal 23 April 2012 sama pentingnya seperti 1 September 2008 ( pertama kalinya mantap pakai kerudung ) akan jadi hari yang bersejarah niy, hehehe segitunya , karena hari ini adalah kali pertama berhasil membawa Celi nemenin ngajar.  Entah kenapa pagi ini ada dorongan luar biasa buat keluar pake Celi, mungkin karena kesedihan yang mendalam kali yaaaa, cieeeee, sediih kenapaaa niy ? hahaha ada deeeeeh... Jadi ada momentum untuk berubah. Deg2an pasti nya, karena memang belum dapat izin bawa motor sendiri, iyalah secara latihan baru beberapa kali (4-5 kali kayaknya ).  Itu pun latihannya tanpa turun ke jalan, cuma di komplek deket rumah yang track nya gak menantang, jadinya gak bisa-bisa. Karena memang belum lancar jadi dapet restunya cuman boleh bawa Celi sampe Superindo deket rumah aja, soalnya bahaya banget kalo ke jalan, masih belum menguasai motor. Tapi karena nekat dan ada energi yang datang tiba-tiba itu, jadilah hari ini berhasil melaju membawa motor ke Pungkur. Walaaaahh prestasi besar niy, hahhahaa norak yah. Biarlah, yang penting sekarang udah bisa.

Ngeeng..ngeng..... sudah aman setengah jalan, yang bikin ribet juga karena kaca spion nggak berfungsi agak rusak memang, hmmmm hari sebelumnya udah nyari gak ada ukuran yang cocok. Hmmm nekaaaaat..... Learning by doing niiich. Jalannya di pinggir aja belum berani ke tengah,tapi ternyata memang mengharuskan jalan ke tengah juga niy lama-lama, haduuh sudahlah Bismillah aja niy.Berhadapan sama angkot-angkot yang hampir senggol-senggol, hiks dan juga sama Bapak-bapak tukang becak yang melawan arah dan anak-anak yang lari-larian ke jalan. Waaah hampir jatoh deh nahan Celi hihihi...

Alhamdulillah sampai juga di Pungkur, jam pelajaran pertama  ngajar pagi ini, deg-degan masih nyisa hhihih. Haduhhh masalaaah niy sampe sana gak ada yang bantuin buat standarin motor, yang ada nyoba sendiri lama banget baru berhasil, hadeuuuhhh dehh.... kata guru disana " Miss kok lama amat masuknya, perasaan udah kedengeran suaranya.." ahhahahah Miss Dewi ndak tau aja tuh kalo saya lagi berjuang buat markir motor, hahhaa... Eh jangan motor kan ada namanya Celi..:)



  
 
                        Hari ini Celi nemenin ngajar...hihihi :)



Rencananya memang setelah ngajar di Pungkur, kembaliin Celi ke rumah, karena pasti batere nya ndak cukup buat ke Cibaduyut. Tapi ah dasar nanggung nekat, dan ngeliat indikator batere masih banyak ya sudahlah melaju saja ke Cibaduyut. Woooowww jalan besarrrrr penuh kendaraaannn, aduuuuuh rasanyaaa menciut banget niy badan saking takutnya, tapi penasaran pengen sampe sana juga. Yaaaa tetep dengan Bismillah majuuu terus, sepanjang jalan berusaha fokus dan nggak panik plus nggak lupa berdzikir. Yihaaaaaaaa masih amaaann jalan di pinggir, dan Alhamdulillah sampai juga di Cibaduyut. Untung disana ada yang bantuin buat parkir dan standarin motor. Langsung lemeeessss, sujud syukur depan pintu masuk. dan langsung duduk dibawah. Ahahah kenorakan yang kedua niy, eh nggak norak ah itu tandanya bersyukur, hihi ngeles.

Nah tiba saatnya pulang, karena waktu menunjukkan pukul lima sore. Waaah harus cepet-cepet niy karena di Cibaduyut jam segitu ruameee buangeeeet. Oke dehhh akhirnya berhasil menerobos keramaian, sampai di lampu merah Leuwipanjang ehhh Celi malah munduur haduuh karena kondisi jalannya yang agak menurun , pegang rem kuat-kuat niy sampe pegel. Lanjuuutkan perjalanan. Waahhh parah niy sampai Tegalega beneran baterenya habis, dan saat itu posisi sedang ada di tengah jalan, haduuuhhhh Celi gak bisa majuuu :( sempet hampir mandeg di tengah-tengah jalan plus diklaksonin taksi di belakang karena Celi geol kanan-kiri jalannya, huaaahh panikkkk sepanik paniknya. Powernya saya matiin sebentar trus saya nyalain lagi, alhamdulillah ada sisa batere, tancap gas ngejar lampu hijau, huaduuh nggak kekejar tuh lampu hijau saking lembatnya Celi.Saat lagi kecepatan maksimum ada bonus kejutan niy ada lubang besar didepan dan saya terobos alhasil Celinya oleng, waaah diklaksonin sana-sini.

Akhirnya sampai juga diperempatan, dengan manisnya nunggu lampu hijau. Ada mobil klasksonin terusss, karena nggak ngeuh ya cuek ajaa. Eh ya ampun ternyata mobilnya nglaksonin Celi, karena  ngehalangin mobil itu belok kiri. Duuhhh panikkkkk.... eits tapi rule no 1 Dont  get panic at the street. Hihiih.. so .. tetep cool...tetep  tenang...akhirnya terlampaui. Biar deh dimarahin asal nggak nabrak kan heheh

Sudah semakin dekat rumah, dan baterei sudah tak ada harapan lagi, whuaaa bisa-bisa harus dikayuh nich atau didorong. Tapi kan ya gak bisa saya kalo dikayuh, aduuhhh... gawaat. Alhamdulillah......... sampe rumah juga  dengan selamat pas banget magrib. Whuaaaa langsung masuk rumah dan ngerasain kalo badan kok pegel-pegel banget yaaah.. Hmmm kayaknya niy badan masih shock..hihihih...Setelah Isya langsung tidur, tepaaarrrr hari ini...

Hhiihihi tapi seru juga ya ada di jalanan sambil ngendarain kendaraan sendirian, meskipun tegang tapi kayaknya bisa melupakan beban sejenak niy, asal jangan ngelamun di jalan. Besok-besok coba lagi ah...mencari keberanian dan kepercayaan diri di jalan, hihihi.. :) Maaf ya buat orang rumah hehhe bikin panik ya karena kenekatan dirikuuh hehhehe janji kok ndak mau ngebut-ngebut ah yang penting sampe di tempat tujuan, dan tetep hati-hati.

Senin, 23 April 2012

Jika Aku Dimakamkan Hari Ini ( Suatu Renungan )


Aku mati,
Perlahan,
tubuhku ditutup tanah.
Perlahan....
semua pergi meninggalkanku.
Masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka,
...
Aku sendirian,
di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
Sendiri,
menunggu pertanyaan malaikat.

Belahan hati,
belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.
Sanak keluarga menangis,
sangat pedih,
aku pun demikian,
tak kalah sedih.

Tetapi aku tetap sendiri, disini,
menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap & maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar-benar harus sendiri..

Ya ALLAH jika Engkau beri aku 1 kali lagi kesempatan,
jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milik-MU,
Untuk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
tersakiti karena aku,
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yang telah kukumpulkan,
yang bahkan kumakan..

Yaa ALLAH Beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Untuk berbakti kepada ibu tercinta.
Teringat kata-kata kasar & keras yang menyakitkn hati beliau,
Maafkan aku ayah, ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,....

Beri juga ya ALLAH aku waktu untuk berkumpul dengan keluargaku,
menyenangkan saudara-saudaraku.....
Untuk sungguh-sungguh beramal soleh.
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu lebih lama lagi.....
Begitu menyesal diri ini.....
Kesenangan yang pernah kuraih dulu,
tak ada artinya sama sekali
Mengapa ku sia-sia kan saja waktu hidup yang hanya sekali itu?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu.

Tapi aku dimakamkan hari ini & semua menjadi tak termaafkan & semua menjadi terlambat & aku harus sendiri.....
Untuk waktu yang tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan dipadang masyar...

Ya RABB sampaikan salamku untuk sahabatku yang selalu mengingatkan ku akan hari terakhirku didunia
Sesungguhnya sahabat yang terbaik yaitu sahabat yang mengingatkan tentang kematian..

~Pondok Yatim & Dhuafa~

Pagi ini dan pagi-pagi sebelumnya

Hari yang luar biasa cerah, anugerah dari Sang Pemilik alam. Tak menyampaikan sinar hangat yang dibutuhkan pagi ini. Kehampaan masih betah bermain-main mengajak memejamkan mata selalu. Keindahan yang tampak didepan mata mulai samar terlihat tak lagi seperti waktu sebelumnya. Mata ini selalu panas ingin menangis dan kegelisahan masih saja rajin bertamu. Ingin waktu segera berlalu, membawa tangis pergi menjauh, melupakan lukisan luka yang tak sengaja tergambar.

Gambaran wajah-wajah yang sedang  tersenyum penuh sukacita dan cinta itu terpatri kuat di pikiran yang  selalu mengikuti saat kubuka mata atau kupejamkan mata.  Sakit yang tercipta  menggerogoti keyakinan yang menjadi rapuh.Tak bisa kembali karena pintu telah ditutup dan kuncinya berada ditangan takdir.Tersisa duka yang mendalam

Patah sayapku tak mampu terbang. Hanya memandang dalam nanar yang kosong. Berjuta "mengapa?" terus menyanyi-nyanyi sempurna. Kata tak mampu ungkapkan lelah, doa tak mampu merangkul nurani yang menghilang. Hanya bernafas separuh hari, sisanya sesak yang ada. Asa bukan lagi sebuah asa jika tak ada pondasi yang kuat menopangnya untuk bertahan. Berbisik lirih tanpa harap lagi. Jiwaku kembali mati...

Sabtu, 21 April 2012

Mimpi itu menjadi biasa...

Kembali ke tempat itu lagi
Tempat dimana tak ada seorangpun yang dikenal
Tempat yang hanya ada dalam dunia setelah tidur
Bangunan dan jalan yang sama
Mengirimkan pesannya yang berbeda

Cerita itu datang lagi
Berusaha mencari jalan pulang
Dengan penghalang yang berhamburan tanpa peringatan
Rupa yang asing tergambar samar
Adakah yang bisa mengartikan
Mengapa selalu berjalan di daerah yang sama
dan berusaha keras kembali ke rumah masa kecil

Pasti ada alasan dibalik kemunculannya
Karena berkisah sama dari waktu ke waktu
Bangunan-bangunan yang hanya ada disana
Tidak tertuang dalam dunia nyata

Terjebak dengan ketakutan yang mengunci jiwa
Pasti ada tangis karena dikejar
Dikejar oleh banyak makhluk berupa beragam
Mampunya hanya melawan dan berlari

Lelah mengartikan...
Lelah melakukan..
Lelah dihantui..



Kehilangan itu...


Kehilangan itu rasanya seperti ada benda yang menghantam dada
Berat dan menyesakkan
Menggoda air mata untuk terus menghias wajah
Dan detak jantung berlari berkejaran
Kehilangan itu membunuh semangat sesaat
Dan membawa kenangan kembali kemasa lalu
Dimana diri terkunci dan tak bisa melangkah

Kehilangan itu selalu menyiratkan arti pedih yang sesungguhnya
Melangkah seperti tak menyentuh tanah
Hampa dengan separuh jiwa dan separuh nafas
Banyak beragumen dengan "seandainya"
"seandainya saja waktu itu..."
"seandainya...."
"seandainya..."
dan semakin banyak "seandainya"
Tapi semua sudah lewat tak ada cara untuk menghapus

Kehilangan menciptakan pola pikir baru
terpuruk atau bangkit
Kehilangan semakin banyak atau menghasilkan semakin banyak
Menyimpan kenangan hanya untuk bertahan

Sampai saatnya tiba
Sakit itu akan hilang
Senyum itu akan kembali
dan hidup akan lebih dihargai
 Sebagai anugerah



Gadis kecil dan pangeran kecil

Pikiranku berkelana berharap sedikit kabar
Gadis cilik yang cantik dan adik lelakinya yang sudah mengambil hatiku
Senyum yang ada disetiap cerita
Dan tingkah menggemaskan mengukir kisah
Aku rindu..
Lama tak menyentuhnya
Lama tak mendekapnya
Lama tak mencium aroma tubuhnya
Gadis kecilku.... Pangeran kecilku....
Sayang itu universal bukan?
Saat aku menyayangimu maka seluruh alam semesta
akan bekerja sama untuk membuat kalian tersenyum
Aku mau senyum itu terus ada di bibir kalian
Hingga tertidur lelap dalam dekapan ayah dan ibu yang melimpahkan
cinta untuk kalian semua...



Jumat, 20 April 2012

Everyday Is A Gift..That's Why It Called Present





Pagi ini saya kembali mengajar setelah hampir sebulan tidak ke PAUD karena sakit nggak sembuh-sembuh,  seruuuu anak-anak langsung berhamburan melukin n salam, duuh kangen juga gak masuk lama sih. Hi kiddo miss u all. Kaget beneran dengan reaksi anak-anak, Subhanallah meluknya pada erat banget, huaaahh bikin terharu. Aisya yang paling kecil dikelas pun malah bilang "ma..ma...." sambil melukkkk kencengg.....haaaaa lama sekali ya ibu gak kesini sayang, maafin ibu ya nak...

Kaka Putri nempeeel terus hari ini, meluuk ajaaa..hihihi..Dede Dika jugaaa...Duuhh kalian tau nggak siy kalo hampir sebulan ini mati gaya, hehehe, iya karena mabok terus yang gak selesei-selesei..tapi beneran, tekad dan kemauan yang kuat bisa mengalahkan segalanya. Yang penting semangat..:)

Ketemu lagi dengan para ibu guru di sekolah, hikss...maaf ya bu, gak masuk lama... minggu depan sudah kembali semangat menemani anak-anak, mari sambut hari dengan cerita dan celoteh kalian sayang...



 


Falling in Love with U..Rain..

Aku selalu jatuh cinta..
Jatuh cinta pada hujan yang damai
Yang berbisik mengajak merenung
Menengadah untuk tahu tetesannya menenangkan

Aku jatuh cinta
Pada caranya membawa pesan
Memberi kesegaran pada daun kering
Mengubah bara menjadi dingin
Aku jatuh cinta Pada hujan dan padamu
karena dalam hujan aku bisa menyampaikan pesanku padamu

Sakitmu adalah rasa sakit yang sama yang kurasakan
Maka aku bersimpuh untukmu
Saat hujan deras doa itu akan dikabulkan
Kumohon Jaga separuh jiwaku yang tak ada disampingku sekarang
Angkatlah sakitnya
Berilah kehidupan yang berbeda dengan senyum memulai hari

Tangan ini tak mampu memelukmu
Bibir ini tak mampu memberikan senyuman
Hati ini tak lagi sama
Tapi doa ini tetap sama

Dimanapun kau berada
Biarlah penguasa hidup kita yang menjagamu
Dalam damai, dalam tenang, dalam berkah




Till I Breath My Last

I've got this story from my facebook friend, and feel so touch with the story. 

by Roslina Sawitri on Sunday, April 8, 2012 at 10:49am ·


“When I got home that night as my wife served dinner, I held her hand and said, I’ve got something to tell you. She sat down and ate quietly. Again I observed the hurt in her eyes. Suddenly I didn’t know how to open my mouth. But I had to let her know what I was thinking. I want a divorce. I raised the topic calmly.

She didn’t seem to be annoyed by my words, instead she asked me softly, why?

I avoided her question. This made her angry. She threw away the chopsticks and shouted at me, you are not a man! That night, we didn’t talk to each other. She was weeping. I knew she wanted to find out what had happened to our marriage. But I could hardly give her a satisfactory answer; she had lost my heart to Jane. I didn’t love her anymore. I just pitied her!

With a deep sense of guilt, I drafted a divorce agreement which stated that she could own our house, our car, and 30% stake of my company. She glanced at it and then tore it into pieces. The woman who had spent ten years of her life with me had become a stranger. I felt sorry for her wasted time, resources and energy but I could not take back what I had said for I loved Jane so dearly. Finally she cried loudly in front of me, which was what I had expected to see. To me her cry was actually a kind of release. The idea of divorce which had obsessed me for several weeks seemed to be firmer and clearer now.

The next day, I came back home very late and found her writing something at the table. I didn’t have supper but went straight to sleep and fell asleep very fast because I was tired after an eventful day with Jane. When I woke up, she was still there at the table writing. I just did not care so I turned over and was asleep again.

In the morning she presented her divorce conditions: she didn’t want anything from me, but needed a month’s notice before the divorce. She requested that in that one month we both struggle to live as normal a life as possible. Her reasons were simple: our son had his exams in a month’s time and she didn’t want to disrupt him with our broken marriage.

This was agreeable to me. But she had something more, she asked me to recall how I had carried her into out bridal room on our wedding day. She requested that every day for the month’s duration I carry her out of our bedroom to the front door ever morning. I thought she was going crazy. Just to make our last days together bearable I accepted her odd request.

I told Jane about my wife’s divorce conditions. . She laughed loudly and thought it was absurd. No matter what tricks she applies, she has to face the divorce, she said scornfully.

My wife and I hadn’t had any body contact since my divorce intention was explicitly expressed. So when I carried her out on the first day, we both appeared clumsy. Our son clapped behind us, daddy is holding mommy in his arms. His words brought me a sense of pain. From the bedroom to the sitting room, then to the door, I walked over ten meters with her in my arms. She closed her eyes and said softly; don’t tell our son about the divorce. I nodded, feeling somewhat upset. I put her down outside the door. She went to wait for the bus to work. I drove alone to the office.

On the second day, both of us acted much more easily. She leaned on my chest. I could smell the fragrance of her blouse. I realized that I hadn’t looked at this woman carefully for a long time. I realized she was not young any more. There were fine wrinkles on her face, her hair was graying! Our marriage had taken its toll on her. For a minute I wondered what I had done to her.

On the fourth day, when I lifted her up, I felt a sense of intimacy returning. This was the woman who had given ten years of her life to me. On the fifth and sixth day, I realized that our sense of intimacy was growing again. I didn’t tell Jane about this. It became easier to carry her as the month slipped by. Perhaps the everyday workout made me stronger.

She was choosing what to wear one morning. She tried on quite a few dresses but could not find a suitable one. Then she sighed, all my dresses have grown bigger. I suddenly realized that she had grown so thin, that was the reason why I could carry her more easily.

Suddenly it hit me… she had buried so much pain and bitterness in her heart. Subconsciously I reached out and touched her head.

Our son came in at the moment and said, Dad, it’s time to carry mom out. To him, seeing his father carrying his mother out had become an essential part of his life. My wife gestured to our son to come closer and hugged him tightly. I turned my face away because I was afraid I might change my mind at this last minute. I then held her in my arms, walking from the bedroom, through the sitting room, to the hallway. Her hand surrounded my neck softly and naturally. I held her body tightly; it was just like our wedding day.

But her much lighter weight made me sad. On the last day, when I held her in my arms I could hardly move a step. Our son had gone to school. I held her tightly and said, I hadn’t noticed that our life lacked intimacy. I drove to office…. jumped out of the car swiftly without locking the door. I was afraid any delay would make me change my mind…I walked upstairs. Jane opened the door and I said to her, Sorry, Jane, I do not want the divorce anymore.

She looked at me, astonished, and then touched my forehead. Do you have a fever? She said. I moved her hand off my head. Sorry, Jane, I said, I won’t divorce. My marriage life was boring probably because she and I didn’t value the details of our lives, not because we didn’t love each other anymore. Now I realize that since I carried her into my home on our wedding day I am supposed to hold her until death do us apart. Jane seemed to suddenly wake up. She gave me a loud slap and then slammed the door and burst into tears. I walked downstairs and drove away. At the floral shop on the way, I ordered a bouquet of flowers for my wife. The salesgirl asked me what to write on the card. I smiled and wrote, I’ll carry you out every morning until death do us apart.

That evening I arrived home, flowers in my hands, a smile on my face, I run up stairs, only to find my wife in the bed -dead. My wife had been fighting CANCER for months and I was so busy with Jane to even notice. She knew that she would die soon and she wanted to save me from the whatever negative reaction from our son, in case we push through with the divorce.— At least, in the eyes of our son—- I’m a loving husband….

The small details of your lives are what really matter in a relationship. It is not the mansion, the car, property, the money in the bank. These create an environment conducive for happiness but cannot give happiness in themselves.

So find time to be your spouse’s friend and do those little things for each other that build intimacy. Do have a real happy marriage!

Saya Menangis, saya tersadar, saya belajar

Bismillah

Saya menyadari bahwa perkataan yang diucapkan secara langsung dengan tidak proporsional bisa sangat menyakitkan seseorang. Sama halnya dengan perkataan yang direpresentasikan kedalam bahasa tulisan, efeknya sama bisa sangat menyakitkan. Apapun bentuknya itu, bercanda, serius, karya sastra sekalipun jika mengenai hati secara personal dampaknya akan luar biasa fatal. Perkataan bisa menyakitkan setajam pedang bukan ? Ya...betul.. Pedang tidak bermata, akan memangsa korbannya tanpa melihat. Sungguhlah tepat jika Allah menganugerahkan rasa untuk kita bisa menyaring kata sehingga lisan bisa menjadi santun dan menghindari konflik.

Saya pernah berkata yang membuat seseorang terluka, saya pernah menulis yang pernah membuat seseorang terluka, saya pernah melakukan hal buruk sehingga saat saya melakukan kebaikan di jalan Allah,  hanya dipandang sebelah mata  dan cibiran yang saya dapatkan. Tapi itu pendapat manusia. Yang terpenting adalah niat tulus saya hanya karena Allah.

Saat saya dibilang munafik, saya diam.
Saat saya dibilang cari muka saya juga diam
Saat saya dibilang bodoh saya diam
Saat saya dimaki saya juga diam
Itu semua manusia yang berkata..
Saya diam, saya terima, saya berfikir
Mungkin itu penilaian yang terlihat, sebagai tamparan untuk menjadi lebih baik
Manusia harus belajar, saya juga harus belajar banyak karena banyak sekali kekurangan
kesempurnaan hanya mlik Allah
Saya hanya berpegang pada janji Allah untuk terus bersama orang-orang yang beriman.
Saya selalu bahagia saat satu persatu Allah menurunkan hidayaNya, Subhanallah rasanya seperti minum air putih segar setelah seharian berpuasa, tenang...... bahagia....dan disayangi...

Saya melakukan kesalahan
Saya menangis
Saya merenung kembali
Dan saya belajar
Semua itu proses
Allah menyukai proses bukan hasil akhir

Orang-orang terkasih saya mohon maaf jika selama kita berbagi senyum ada tangis yang tercipta karena kata-kata yang saya sampaikan. Saya tersadar bahwa di umur saya yang tidak muda ini, hanya Ridho Allah yang dicari, karena tujuan hidup manusia hanya mencari Ridho Allah untuk bekal kehidupan setelah mati nanti. Semoga semua tanda-tanda Allah bisa dibaca dengan jelas melalui kemurnian hati yang tidak ternoda.Terlihat sangat naif yah?! Tapi ya itu keadannya, saya sekarang tidak takut lagi karena saya mau berubah. Karena dalam perubahan itu ada nama Allah disetiap nafas saya.