Kamis, 26 April 2012

Mukena Untuk Pendampingmu

Belahan jiwa ...Tahukah dirimu, aku menjahit mukena untuk lebaran. Entah mengapa mukena itu ingin kuberikam sebagai hadiah untuk Ibunda mu. Tak apa jika bilang bukan dari aku, tapi aku senang jika beliau memakainya. Aku pasangi bordir ujungnya dan membayangkan wajah beliau yang cantik dan bahagia saat memakainya. Aku panjatkan doa terindah sambil menyulam satu demi satu helaian benang menjadi hiasan bunga-bunga berwarna hijau dan kuning keemasan. Aku menabung untuk membeli kain terbaik dari menyisihkan sedikit pendapatan yang kuterima. Alhamdulillah cukup untuk membuat satu stel mukena,.Uang untuk membeli susu anak-anak pun tidak berkurang.

Belahan jiwa ... Tahukah dirimu, kabar yang kuterima itu menghantam pertahanan diriku. Menghancurkan harapan yang kubangun dengan pengabdian dan airmata. Saat lukanya merasuk terlalu dalam maka yang  tersisa adalah perih yang menggerogoti bagian yang paling hidup yaitu hatiku. Memunculkan amarah  yang  dengan sabar dipendam dan penyesalan yang membunuh sebagian jiwa.

Belahan jiwaku ...Tahukah dirimu, beberapa hari yang kulalui dengan tusukan jarum dan infus membuatku tersiksa. Saat semua makanan menjadi seperti obat yang sangat pahit dan ikut melukai fisikku.  Bahkan berita sukacitamu menjadi racun untuk hidupku yang tak mampu aku tanggung lagi. Hati ini merasakan sakit yang belum pernah berkunjung sebelumnya. Tak ada suara lembutmu lagi ditelingaku, tak ada  bahasa tulismu yang berpuisi mengambil hatiku, dan tak ada lagu-lagu pengiring hariku lagi. Maka bersamaan dengan datangnya malam tersampaikan pesan belahan jiwaku telah berubah...dan perlahan akan menghilang.

Belahan jiwaku yang menghilang...Tahukah dirimu, tamparan ini lebih dari sekedar tamparan tapi pertanda  yang mengharuskan aku menjauh dan menghilang bersama ketulusanku. Karena satu detik saja aku bersamamu itu akan membuatmu tersiksa. Aku  melihatnya dari sorot matamu sekarang. Saat aku yang dulu begitu akrab menemani keseharianmu sekarang bagai orang asing yang mengemis waktumu. Aku adalah tiada bagimu.

Belahan jiwaku yang menghilang... senyum kalian melukai hati yang kujaga hanya untuk mengabdi untukmu. Tak bisa kubendung lagi tangis kecewa yang memaksa memperlihatkan kelemahannya padamu. Sekarang saat hujan mencoba merayuku dengan nyanyiannya yang sangat keras, aku memeluk bayanganmu...ya hanya bayanganmu dan sedikit kenangan yang masih tersisa dengan susah payah kukumpulkan serpihannya.

Belahan jiwaku yang menghilang, penegasan kata-katamu adalah kilat yang menyambar di siang hari. Saat itu sudah terbakar menjadi debu sebentuk benda yang bernama hati yang sudah koyak. Tak berdaya mencerna bahasamu yang menyerangku tanpa ampun. Kau ingin bersamanya...

Belahan jiwaku yang menghilang, saat sujudku ini aku menjatuhkan pandangan pada mukena yang ingin kuhadiahkan untuk Ibundamu. Beribu maaf untuknya karena mukena ini tidak akan pernah sampai kepadanya. Sekarang...mukena ini akan kubungkus dengan sangat indah dan tak lama lagi akan ada dihadapanmu...

Belahan jiwaku yang menghilang....aku menitipkan mukena ini untuk dia yang akan mendampingimu selamanya seumur hidupmu. Mukena ini akan menjadi mas kawin yang sempurna seperti mimpimu yang sempat kaubagi padaku. Mukena ini penuh dengan airmataku tapi akan membawa suka cita untuk kebahagiaan kalian saat kalian berjamaah menghadapNya.

Aku pergi..menghilang selamanya....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar