Jumat, 09 Maret 2012

Perempuan Sederhana dan Pintanya yang Sederhana

Perempuan sederhana dengan pinta sederhana, berjalan tertatih menampari diri. Mengingat makian yang sengaja dialamatkan untuknya. Bab demi bab kemarahan diantarkan oleh angin malam untuk membuatnya menggigil ditemani pekat nya malam dan perihnya tangis. Gambaran orang terkasih, terpuja, terhampar jelas memunggungi dengan senyuman sinis. Ditusuk dari belakang dengan kata-kata tak termaafkan., hingga terjerembab berkali-kali. Masih saja penuh sangkalan meski penjelasan sudah tak masuk akal lagi. Terbodohi sepanjang waktu dengan ribuan alasan meyakinkan dan dengan pertahanan diri  menyerang tanpa fikir akibat.

Sudahi saja rangkaian kata yang terlihat hanya seperti ketakutan yang terpancar dari bahasa tulis yang hanya mampu menjawab sebagian kecil kehausan yang mendera. Berharap agar keterlibatan dalam kepura-puraan segera berakhir. Semakin banyak bercerita semakin rendah memandang. Tak ada lagi garis wibawa yang terpancar, apa yang menempel tak bisa lagi menaikkan rasa hormat yang tersimpan lama.

Salahnya mencoba bermain jiwa yang mengagumi dengan rangkaian kata yang mampu meninabobokan. Rasakan pada akhirnya kehilangan akan menjadi hal yang paling menyakitkan untuk diingat. Bahkan dalam pelukan jiwa yang lain sekalipun. Bukan maki dan bukan balas yang akan terhidang dalam kerakusanmu, nanti tapi doa menyayat yang meminta ribuan perlindungan darimu, sehinga hanya rasa sesal yang akan hinggap di bahumu dan menjadi bayangan yang mampu menggerogoti jiwa rapuhmu.






(Dear my best friend..tenang aja ya...pasti berlalu kok..Allah nggak tidur pasti denger doamu...always beside you...semangat ya...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar